Bah Bangun: Diorama Seni Lukis Kamasan, Karya Kolaborasi Gurat Art Project x Perupa Muda Bali dalam Pameran "Manifesto VIII: Transposisi"

MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI berlangsung mulai 27 Juli hingga 26 Agustus 2022. Digelar di dua tempat, yakni di Gedung A Galeri Nasional Indonesia dan di Museum Kebangkitan Nasional.

Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO kembali digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta. MANIFESTO kali ini hadir sebagai gelaran ke-8 dengan mengangkat tajuk TRANSPOSISI. Pameran “MANIFESTO VIII: TRANSPOSISI” menampilkan karya 108 perupa Indonesia (perorangan dan kelompok). Masing-masing perupa menyuguhkan karya yang dipilih berdasarkan hasil seleksi kurasi dari 613 calon peserta yang mengajukan melalui undangan terbuka (open call). Karya-karya tersebut berupa lukisan, grafis, drawing, mural, patung, instalasi, found object, kolase, kriya tekstil, fotografi, seni digital, video art, animasi, video mapping, dan virtual reality. Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia MANIFESTO VIII “TRANSPOSISI” dikuratori oleh Rizki A. Zaelani, Suwarno Wisetrotomo, Citra Smara Dewi, dan Teguh Margono. Kurator Rizki mengatakan, karya-karya yang dipamerkan menunjukkan jenis dan karakter medium ekspresi yang beraneka. Bentuk dan ukuran karya-karyanya bervariasi: ukuran maksimal dengan sifatnya yang ekspansif atau instalatif, atau ukuran minimal yang justru memilih karakter ekspresi yang lebih intim.

Salah satu karya dalam pameran Manifesto VIII: Transposisi, "Bah Bangun: Diorama Seni Lukis Kamasan" yang didisplay dalam Ruang Stovia-Museum Kebangkitan Nasional, menyuguhkan hasil studi dan temuan data-data visual kepada pengunjung pameran lewat bentuk karya lukis Wayang Kamasan. Karya ini adalah hasil interpretasi visual kolektif seni Gurat Art Project yang berkolaborasi bersama dengan para perupa muda Bali. Karya naratif seni lukis Wayang Kamasan ini bercerita tentang kisah mitologis Sang Citra Kara yang terdapat dalam teks lontar Prasasti Sangging koleksi Museum Lontar Gedong Kertya Singaraja. Dalam lontar tersebut diceritakan kisah sang Citra Kara sosok sangging (perupa) yang mendapat anugrah Dewa Brahma berupa kemapuan menggambarkan secara visual wujud para dewa, manusia, binatang, tumbuhan dan seluruh isi alam ini. Karya yang digarap secara kolektif ini juga dipadukan dengan teknologi mekanik sehingga menjadi karya instalasi kinetik.  

Karya ini adalah karya berdasarkan hasil riset dan temuan data-data visual yang ditemui tim Gurat Institute selama melakukan riset terhadap seni lukis Kamasan. Sekian banyak kajian tentang seni lukis Kamasan baik dari para peneliti dan akademisi asing maupun lokal, dalam mendekati dan meneliti tentang seni lukis Kamasan, Gurat melihat sebagian besar masih berfokus atau lebih tertarik pada aspek narasi ataupun persoalan di luar aspek artistik. Sangat sedikit yang mencoba menelisik pada persoalan artistik maupun ikonografi seni lukis Kamasan itu sendiri. Demikian pula dalam praksis seni rupa kontemporer Bali, pembacaan atas seni rupa kontemporer Bali terutama dengan hadirnya karya-karya yang berbasis praktik seni lukis tradisi maka yang kerap dibaca dan dianggap mewakili spirit kekontemporeran itu adalah karya-karya para perupa yang melakukan eksplorasi pada wilayah tematik semata.

Nilai tradisi diposisikan sebagai bahasa dan dipinjam untuk menyampaikan gagasan personal para seniman kontemporer. Kebaruan yang disajikan sebagian besar adalah kebaruan dari sisi tematik karya dengan teknik ataupun karakter artisktik tradisi. Bertolak dari pemikiran itu, maka karya-karya yang telah meninggalkan pakem narasi pewayangan (Ramayana; Mahabarata) adalah karya-karya yang dianggap kontemporer. Perubahan tematik dari wayang ke narasi-narasi sosial ataupun personal seoalah menjadi satu-satunya prasyarat agar terbaca dan masuk dalam kategori menjadi seniman kontemporer. Sebagai tawaran kebaruan ansih jika ingin mengangkat karya berbasis tradisi ke panggung seni rupa kontemporer. Sebagai sebuah dinamika dalam perkembangan dunia kesenirupaan tentu saja hal tersebut sah adanya, begitu pula dengan pilihan jalan yang berbeda dari arus utama itu.

Berkaca dari kajian tersebut Gurat Art Project (divisi yang menggerakkan pemikiran dan kajian dari Gurat Institute keranah praksis kuratorial dan kekaryaan), mencoba menuangkannya dalam project karya instalasi kinetik. Menggerakkan kajian dan arsip dokumentasi menjadi karya seni rupa, mencoba memberikan tawaran yang berbeda dari arus utama cara penghadiran dan kesadaran melihat tradisi seni lukis Kamasan, dan menempatkannya dalam konteks seni rupa hari ini. Gurat tidak memilih jalan eksplorasi tematik, mereka tidak ingin terburu-buru memitoskan kebaruan dan pembaruan dengan berpaling dari rupa wayang ke rupa personal. Gurat memilih berdiri berlama-lama di depan karya wayang Kamasan, menatapnya, mencoba mengurai aspek-aspek yang paling kasat mata dari sebuah karya visual yakni visual itu sendiri.

Karya utama dari rangkaian karya instalasi ini berupa sebuah kotak yang di atasnya terdisplay satu karya lukisan wayang Kamasan yang dilukis bersama dengan para pelukis muda. Lukisan tersebut terbagi tiga berdasarkan cara pelukis Kamasan menghadirkan komposisi tumpukan ruang untuk menggambarkan tiap-tiap fragmen adegan. Lalu lukisan di atas lembaran akrilik yang awalnya rebah, diberdirikan dengan bantuan teknologi mekanik. Sehingga terbentuklah diorama yang meruang dari layer pertama fragmen paling bawah, menjadi layer depan demikian seterusnya hingga layer ketiga yang awalnya menjadi layer teratas menjadi layer yang paling belakang. Karya ini merupakan simulasi kinetik dari cara membaca karya seni lukis wayang kamasan dari bawah ke atas, ketika telah disimulasikan dengan cara kinetis menjadi dari depan ke belakang.

Karya kinetik ini tidak semata ditempatkan dalam kesadaran alih media sebagai penanda spirit kebaruan. Tetapi sebagai upaya menghadirkan simulasi dan mencari jawaban atas pertanyaan dan hipotesis Gurat saat meriset karya Kamasan. Mengenai komposisi tumpukan, sebagai sebuah konsep perspektif dalam karya Kamasan, sebagai cara pelukis wayang tradisi dalam membangun ruang dalam karyanya. Karya mencoba mensimulasikan hipotesis Gurat tentang konvensi nalar visual dari cara penggambaran aspek naratif wayang Kamasan. Karya ini mempersoalkan kembali hal-hal yang mungkin dianggap terlalu elementer, elementer sehingga luput dalam pembacaan karya seni rupa kontemporer berbasis seni tradisi Bali yang lebih tertarik pada aspek pengembangan tematik. Serta narasi yang kontekstual terhadap kehidupan sosial hari ini, ataupun tema-tema personal. Ketimbang berupaya menelisik hal-hal elementer yang ada dalam seni lukis tradisi yang ingin dikembangkan dan di-kontemporer-kan itu.

"Kami tidak ingin berada dalam pusaran diskursus dikotomis tradisi-modern-kontemporer yang cenderung diulang-ulang ketika membaca dan memperbincangkan seni rupa Bali. Project ini mencoba menempatkan dan memposisikan karya sebagai media menggali dan berbagi pengetahuan bersama tentang seni lukis tradisional Bali, khususnya karya seni lukis Kamasan. Melalui pendekatan karya kolaboratif yang dikerjakan secara komunal oleh internal anggota komunitas Gurat Art project, dan melibatkan para perupa muda Bali dalam proses pengerjaan karya dan terpresentasikan dalam peristiwa pameran Manifesto 2022 ini. Karya ini juga dilengkapi dengan beberapa data riset kami tentang seni lukis Kamasan yang menyangkut aspek artistik dan ikonografi wayang Kamasan."

Dalam proses penggarapan karya instalasi ini Gurat Institute dan Gurat Art Project berterimakasih kepada para narasumber khususnya para pelukis Kamasan: Bli Made Sesangka, Ibu Wayan Sriwedari dan keluarga alm. Nyoman Mandra, Keluarga Sangging Modara, serta seluruh Pelukis Kamasan yang sampai hari ini mendedikasikan diri mereka dalam menjaga dan mengembangkan seni lukis Kamasan. Juga pada seluruh tim kerja dalam project ini (Riset dan Konsep) Wayan Seriyoga Parta, I Made Susanta Dwitanaya, Agus Mediana Adi Putra (Cupruk); (Desain dan Pengolah Data) Vincent Chandra, Yusuf Faisal; (Gambar Karya Lukis Kamasan: Kadek Wiradinata, Ida Bagus Reka (Gustut), Wayan Agus Sudiarta, Ketut Nugi, I Gede Sukarya, Putu Pendi, Ngakan Adi Parwata, Adi Udnyana, Vincent Chandra, I Made Susanta Dwitanaya dan Tim Gurat Art Project; (Instalasi Kinetik) Agus Mediana Adi Putra (Cupruk) dan Tim Art Handler Penawar Racun; (Studio Penggarapan Karya) Ruang Antara Studio (Wayan Suja) dan Numitis Studio.

Karya sederhana ini didedikasikan sepenuhnya untuk para pelukis Kamasan, para pewaris, penjaga, dan pengembang nilai dan pengetahuan tradisi melukis Kamasan, serta seluruh masyarakat seni rupa Indonesia.

 

Agustus, 2022
Gurat Art Project
 
⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂

CONTACT US

Whatsapp