SPREADING VINES: Pameran Lukisan Cat Air Mahendra Mangku

Pameran tunggal lukisan cat air I Made Mahendra Mangku digelar di Komaneka Gallery Monkey Forest, Ubud, tanggal 20 Agustus - 20 September 2023. Pameran ditulis oleh Dewa Gede Purwita Sukahet dari Gurat Art Project.

“…Mengalir untuk mencapai keharmonisan dengan sendirinya…”

Bagaimana semak belukar dapat tumbuh dan mengisi ruang membentuk komposisi natural? Apabila kita alihkan pandangan dan memperhatikan tanaman liar merambati tembok, merambati tiang penyangga kabel, merambati pohon lainnya yang lebih kokoh maka tanaman liar tersebut memiliki daya untuk membalut apa yang menopangnya atau menempel pada media yang ada disekelilingnya. Pada sebuah tanah yang ditumbuhi pohon-pohon berbatang kuat yang menjulang tinggi kita mendapati suatu komposisi vertikal yang repetitif, sedangkan di satu sisi, tanaman lain dibawahnya tumbuh merambati batang pohon-pohon itu yang semakin lama semakin tinggi sehingga komposisi vertikal tidak lagi terlihat tegas sebab telah diliputi oleh yang merambat itu. Tanaman merambat dan menjalar sebab ia tahu bahwa batangnya lemah maka ia mengembangkan organ-organ khusus pada batangnya seperti akar, duri, dan sulur. Tanaman rambat itu memberikan persepsi bentuk baru terhadap komposisi vertikal yang kita lihat sebelumnya, ia membentuk harmonisasi atas berkembangnya setiap organ pada batang tubuhnya menjadi cabang-cabang baru sekaligus membentuk komposi-komposi baru. Apa yang ingin saya sampaikan melalui tanaman merambat ini adalah tentang ciri khas organiknya yang mampu memberikan aksen komposisi pada celah ruang kosong secara alamiah, ia bergerak untuk mencari sinar matahari dengan cara merambat. Metafora tanaman merambat serupa dengan bagaimana Mahendra Mangku menarik kesimpulan ketika memperhatikan warna-warna cat air bercampur dan mengering di atas kertas. Warna-warna itu bercampur dengan air dan diterapkan pada bidang-bidang datar secara eskpresif dan responsif, sering sekali menjadi cenderung minimalis bahkan lebih puitis. Ada harmonisasi yang tersusun secara dramatis yang diamati olehnya yaitu merambatnya warna-warna yang ia gunakan melalui air, menyebar merambati kertas kemudian berhenti karena air terhisap ke dalam medium kertas. Efek yang dihasilkan setelahnya dapat dibaca melalui tiga hal yaitu warna, bentuk, dan komposisi.

Mahendra Mangku, Aur #2, Watercolor on paper, 29 x 21 cm, 2023

Tiga hal esensial seni rupa ini telah dibahas panjang lebar oleh Kandinsky, singkatnya ia menyatakan bahwa bentuk sebagai representasi dari suatu objek (baik nyata maupun tidak nyata), sedangkan untuk warna dalam nilainya tidak dapat meluas tanpa batas, melainkan nilai warna didapatkan dari intensitas kecerahannya. Keduanya itulah yang mengkonstruksi komposisi, lebih jelasnya terlihat pada seni rupa abstrak. Pada kasus lukisan Mahendra Mangku, warna yang tersusun cenderung ekspresif dengan menampilkan kekuatan karakteristik cat air yakni teknik aquarelle sehingga efek-efek yang terjadi adalah merambatnya warna melalui takaran air yang lebih banyak, tentu hal ini berimbas pada bentuk yang hadir menjadi bentuk yang tidak merepresentasikan apapun terkecuali pada sedikit kasus abstraksi sebuah lanskap bangunan. Penekanannya kali ini lebih kepada pola rambatan warna (blobor/belobor; Eng. blot) yang terjadi secara organik itu sendiri yang lihatnya sebagai suatu harmonisasi komposisi secara keseluruhan.

Dalam pandangannya kini, Mahendra Mangku melihat bahwa keharmonisan terjadi akibat dari adanya benturan, pertentangan, ketegangan yang berjalan beriringan saling mengisi, terjalin seperti tanaman yang merambat secara organik hingga membentuk suatu persepsi yang berjalan beriringan. Fenomena-fenomena yang ia amati pada kehidupan sosial-budaya masyarakat selalu menyajikan model-model seperti ini, pro dan kontra hidup berdampingan sebagaimana konsepsi oposisi biner, pernyataan-pernyataan yang saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan begitu saja. Pro dan kontra keduanya merambati realita kehidupan sosialbudaya, keduanya juga berdampingan menuju satu wujud harmonisasi. Perhatiannya terhadap fenomena sosial memiliki relasi yang kuat terhadap bagaimana ia memahami unsur harmoni dalam lukisan abstrak, Mahendra Mangku mengamati tentang bagaimana percampuran warna terjadi secara organik melalui konteks medium cat air, inti yang esensial dari bagaimana warna membentuk komposisinya secara natural adalah dengan belobor. Belobor adalah sebuah kondisi meluasnya sesuatu yang bersifat cair berupa tinta atau warna pada kertas atau kain, dengan kata lain merambatnya pigmen warna di dalam permukaan suatu bidang yang disebabkan oleh bentuk kecelakaan saat penggunaan, sifatnya dapat dipandang sebagai sesuatu yang merusak dapat juga sebagai aspek estetik akibat ketidaksengajaan, sebagaimana dinyatakan oleh Mahendra Mangku bahwa:

“…dampak kecelakaan-kecelakaan yang ada itu lihatlah dari sisi harmoninya, belobor itu kan mengalir dengan sendirinya bahkan ketika saya berkarya itu saya melihat medium-medium warna (cat air) seperti itu, warna-warna yang saya terapkan mengalir begitu saja, secara alami membangun harmonisasi yang harus disadari”

Mahendra Mangku membaca lanskap sosial-budaya melalui fenomena pertentangan yang berjalan beriringan itu, bahwa semua unsur yang ditentangkan memiliki nilai dan tujuan yang sama. Ia menghadirkannya ke dalam lanskap rupa yang terabstraksi hingga abstrak murni, mereduksi persoalan tersebut di atas permukaan kertas dengan metafora harmonisasi warna. Kenyataan abstraksi adalah bagimana membangun emosional melalui kekuatan ekspresionisme dimana hal ini beriringan dengan kenyataan tentang abstrak yang justru memurnikan realitas, keduanya mempergunakan media yang sama yaitu seni. Mahendra Mangku mengkonstruksi emosi-emosi dengan ekspresionisme melalui cat air yang dipandanganya efektif menghadirkan abstraksi fenomena kehidupan manusia dan seni (dalam konteks lukisan abstrak) dalam satu setting realitas bahasa.

Mahendra Mangku, Aur #30, Watercolor on paper, 75 x 56 cm, 2023

Aspek warna menjadi hal yang penting di dalam lukisan Mahendra Mangku, warna menjadi realitas bahasa yang keterbacaannya tersampaikan melalui bagaimana warna diterapkan. Nilai estetiknya dibangkitkan melalui menyebar dan merambatnya warna secara organik melalui air, sesekali melalui cipratan yang disengaja dengan efek yang tidak dapat diduga, pengolahan dengan sapuan kuas yang dapat dikenali dari jejak-jejak sapuan kuas membentuk alur, terkadang warna mendapatkan respon garis yang dihasilkan dari charcoal atau sapuan warna melintang. Kualitas-nilai puitik warna tersebut terbangun dari cara kerja tersebut, mengenai capaian energi dan kualitas warna pada lukisan juga telah dibahas oleh Dewey dengan menyatakan bahwa warna dapat saja menjadi sesuatu yang sia-sia akan tetapi dengan sentuhan, gerakan, pemberian nada-nada tertentu dan hadir secara fisik maka ia akan menghadirkan energi ekspresional.

Untuk menghadirkan energi ekspresional yang total itu Mahendra Mangku berpegangan kepada tiga aspek yang paling menentukan dari cara melukisnya yaitu pikiran, tangan, dan rasa. Tiga aspek dominan ini harus mencapai titik keseimbangan lebih dahulu, pikiran menjadi tempat tumbuhnya imajinasi tentang visual, sedangkan tangan adalah aspek penting sebagai indra pelaksana, dan rasa berfungsi sebagai kontrol dari dua aspek sebelumnya. Harmonisasi tercapai apabila titik keseimbangan ini larut bersama menuju rencana yang telah dirancang secara klise di dalam pikiran, sebab imaji-imaji yang hadir melalui pikirannya dinyatakan sebagai rancangan kasar dan harus dinyatakan melalui tindakan perwujudan lukisan. Dengan kata lain, peran mata dan rasa kemudian menjadi sesuatu yang tidak kalah pentingnya. Sejalan dengan Paul Crowther menyatakan semua indera dapat menyampaikan informasi spasial, tetapi penglihatan memungkinkan aspek spasial yang berbeda dari benda-benda, dan hubungan spasialnya dengan benda dan keadaan lain untuk dipahami secara bersamaan dalam konteks untuk melihat kesatuan ritme warna yang mencapai tingkat harmonisasi.

Pada proses perwujudan, realitanya bahwa terjadi reduksi antara segala bentuk sketsa perancangan di alam pikiran yang bersifat imajinatif dengan kenyataan yang telah dihadirkan melalui lukisan, proses perwujudan adalah rangkaian peristiwa estetik menyatakan yang abstrak di angan-angan sehingga biasanya tidak jarang akan terjadi hasil yang diluar rekaan imajinasi yang disebutnya sebagai kecelakaan estetik. Pada proses ini Mahendra Mangku sangat selektif menganalisis aspek maupun efek visual pada lukisannya yang sejalan kemudian menjadi penentu atas respon selanjutnya untuk menyelesaikan satu lukisan.

Kecelakaan estetik tersebut bersifat tidak tentu, bahwa ada yang memang dipandang layak untuk dituntaskan ada juga yang tidak, oleh sebabnya proses kurasi melalui pemindaian visual secara holistik pada satu proses perwujudan haruslah dengan cermat. Pada psikoanalisa Freud dinyatakan sebagai proses patogenik yang disebut ‘penekanan’ bahwa untuk mengambil suatu keputusan maka segala pertimbangan yang berkaitan dengan estetik berlangsung dengan sepengetahuan penuh ego. Dengan demikian, dapat dibaca bahwa hasil akhir yang memutuskan terjadinya aktivitas respon untuk mencapai harmonisasi menyeluruh dalam karya abstrak maupun abstraksi Mahendra Mangku adalah kontrol kesadaran ego yang diasah secara berkelanjutan melalui pengalaman estetiknya.

Mahendra Mangku, Aur #5, Watercolor on paper, 29 x 21 cm, 2023

Menimbang ulang berbagai kemungkinan atas benturan, pergumulan, pada kecelakaan estetik itu sebagai sesuatu yang bergerak alami selayaknya gerak akar dan batang tanaman merambat harus diberikan sokongan energi untuk mendorongnya menjadi lebih kuat sebagai entitas yang hidup dalam lingkungan organiknya. Upaya-upaya untuk mencari harmonisasi lahir dari insting yang dibentuk secara alamiah, misalkan saja penambahan warna kontras atau warna analogus yang menumpuk warna sebelumnya, atau dapat berupa tarikan garis yang dibuat secara spontan. Spreading Vines sebagai tajuk pameran tunggal cat air Mahendra Mangku, dengan demikian, dapat dinyatakan sebagai suatu pembacaan atas fenomena alam melalui pola hidup tanaman merambat sekaligus sifat khas percampuran warna cat air yang merambati media kertas dalam relasi persoalan sosial-budaya masyarakat yang bergerak organik melalui segala bentuk pertentangan, percampuran, jalinannya dan pada titik akhir mencapai keharmonisan, yang dibutuhkan adalah energi guna mendorongnya untuk sampai pada titik puncaknya.

Pohmanis, 30 Juli 2023

Dewa Gede Purwita-Sukahet

⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂ JOIN THE COMMUNITY AND SHARE YOUR PASSION WITH US ⁂ ⁂ ⁂

CONTACT US

Whatsapp