Kehadiran fotografi memiliki dimensi sejarah panjang dalam kebudayaan Bali, terutama sejak kehadiran Barat. Setelah tahun 1900-an ketika kerajaan-kerajaan di Bali Selatan ditaklukkan Belanda, foto-foto khususnya para perempuan telanjang dada memakai kamen (kemben) atau busana penari, kemudian membanjiri imaji manusia Bali di dunia Barat. Melalui media-media representasi seperti foto, postcard, film dan bahkan lukisan oleh seniman Barat itulah citra tentang identitas dan tradisi budaya Bali diproduksi terus menerus.
Imaji-imaji itu tidak lain menggambarkan pulau sorga dengan kebudayaan yang murni, sebuah dunia mimpi yang bertolak belakang dengan Barat (Eropa) yang tengah dilanda bencana kemanusiaan akibat perang yang berkepanjangan. Saat itu orang Bali adalah objek dari fotografi, objek yang tak punya kuasa pada representasi yang menghadirkan mereka. Telah terbukti, fotografi dan film adalah media yang ampuh dalam mengenalkan kebudayaan Bali di dunia internasional, hingga namanya tertanam begitu dalam sampai kini. Imaji fotografi telah membenamkan kebudayaan Bali dalam kerangkeng ruang dan waktu masa lalu yang begitu membekas. Saking membekasnya imaji Bali masa lalu yang terus dikonstruksi hingga kini telah membuat kebudayaan Bali mengalami pencerabutan dari realitasnya.
Foto sebagai tanda simbolik telah mencabut (disembedding) kebudayaan Bali dari konsep perkembangan waktu, dengan membenamkannya dalam ruang dan waktu pada konteks masa lalunya nan eksotik penuh dengan harmoni dalam kebisuan yang senyap. Warisan poskolonial tersebut terus dijalani oleh masyarakat Bali hingga saat ini yang telah menjelma menjadi sebuah pulau metropolit daerah urban, akibat kemajuan perekonomian akibat perkembangan industri pariwisata budaya. Imaji simbolik fotografi telah menjadikan Bali berada dalam dua dunia, hidup dalam realitas kekinian dan bayang-bayang citra masa lalunya. Kajian ini akan mencoba membedah persoalan representasi Bali berdasarkan kaca mata Barat dalam imaji media-media seperti fotografi, film dan lukisan. Setidaknya Kini orang Bali telah menjadi subjek untuk diri dan kebudayaannya, tapi apakah kesadaran subjek itu telah disadari sepenuhnya?
Slideshow of Trophenmuseum photos of Bali 1910-1920
Source: Youtube BaliHub