Eksplorasi trans media yang dilakoni Nyoman Erawan, Made Djirna, Made Budhiana, dan kekhusyukan Made Sudibya, Nyoman Bawa, Made Rutha, serta upaya-upaya menggali kemungkinan estetik dari Made Bendi Yudha selalu dapat membuka ruang-ruang untuk mendialogkannya dengan nilai kekinian. Masing-masing dari mereka memiliki nilai keakuan yang sangat kuat baik dalam bersikap dan mejalani lelaku berkarya, tetapi mereka juga dengan sadar untuk kembali menyambung kebersamaan dan mengulang kembali rasa yang pernah ada. Setidaknya kehadiran mereka kali ini dapat membuka kembali persoalan modernitas yang telah usang untuk menimbang kembali nilai-nilai estetika yang mereka usung.
Penyusunan buku ini memuat kerja kurasi yang komprehensif dari tim Gurat Art Project, mulai dari menata arsip yang disimpan baik oleh para anggota Kelompok 7 SDI, kemudian mengkonfirmasi serta menggali pernyataan langsung sang seniman beserta kesaksian pihak terkait. Wacana yang dihadirkan dalam kerangka kurasi dengan menelisik kembali aspek-aspek modernitas yang mendasari perkembangan seni rupa Bali hingga kini, yang di dalamnya nilai lokalitas (tradisi) tetap menjadi faktor determinan. Aspek-aspek lokalitas dalam modernitas seni rupa Bali dapat menjadi ruang untuk mendialogkan kembali nilai universalitas dan penyangsian terhadap keterpusatan (mainstream).