Ngejot adalah sebuah praktik sosial yang mengakar dalam kebudayaan masyarakat Bali. Ngejot adalah tradisi saling berbagi, baik material maupun sumber daya lainya. Ngejot hadir dalam eratnya hubungan sosial dan rasa persaudaraan dalam masyarakat komunal kita. Melalui praktik sosial ini tradisi kolektifitas terus dirawat dalam perkembangan sosial kemasyarakatan kita. Secara universal hampir seluruh kebudayaan masyarakat komunal mengenal praktik sosial seperti ngejot ini yang tentu saja hadir dalam terminologi yang berbeda beda.
Black Menu mengadopsi ataupun terinspirasi dari spirit Ngejot ini untuk diaplikasikan dalam sebuah praktik dan metode berkesenian. Terminilogi ngejot yang bermakna sebuah praktik sosial yang hadir dalam konteks sosial budaya masyarakat Bali yang mencerminkan relasi antara individu di dalam sebuah relasi komunal dimaknai kembali dalam praktik artistik berkesenian. Apa yang dihadirkan oleh Black Menu ini jika dilihat dari kacamata estetika mengingatkan kita pada salah satu perkembangan teori estetika yakni teori estetika relasional (relational aesthetic) yang dicetuskan oleh kurator Nicolas Bourriaud pada dekade 90an. Estetika relasional menekankan pada upaya pemaknaan atas kecenderungan praktik artistik yang berlandaskan ataupun terinspirasi oleh hubungan manusia dengan konteks sosialnya.
Pada peristiwa pameran yang dikemas sebagai pameran proses ini, Black Menu akan berkolaborasi dengan dua orang perupa muda Bali dengan karakter dan pendekatan artistik yang berbeda. Yang pertama adalah Agus Mediana Adi Putra (Cupruk) perupa muda sekaligus pendidik seni yang intens dengan riset dan eksperimennya selama ini tentang warna dan cahaya. Karya – karya Agus bergerak dalam penjelajahan aspek intermedia seperti instalasi, kinetik, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah Gusti Dalem Diatmika (Gusti Dalem) perupa muda yang intens pada pengolahan material tanah keramik. Ada aspek craftsmanship (ketekunan), pendalaman dan sensibilitas yang intens antara Gusti Dalem terhadap material tanah keramik ini. Selain berkarya menghasilkan karya karya personal, Gusti Dalem juga aktif dalam aktivitas berbagi pengetahuan dalam program program workshop yang Ia hadirkan secara kolaboratif dengan berbagai pihak, ruang dan institusi.
Photo: Rumah Arsip Gurat 2022
Dalam pameran proses “Ngejot “ ini Black Menu akan merancang dan menghadirkan sebuah ruang studio yang menampung gagasan dan kebutuhan berkarya kedua orang perupa ini serta berkolaborasi dalam menghadirkan presentasi (display) untuk memperkuat gagasan artistik kedua kolaborator mereka. Maka pemaknaan atas studio dalam konteks ini melampui fungsi studio yang hanya sebatas sebagai ruang berkarya, tapi lebih jauh lagi studio adalah ruang untuk saling berbincang, bertukar gagasan, layaknya makna kata ngejot yang bermakna saling berbagi dan memberi. Studio ini juga sekaligus menjadi ruang presentasi karya yang dihasilkan dari proses kolaborasi antara Black Menu dengan dua perupa kolaborator. Baik proses berkarya dan presentasi karya yang akan terjadi di studio ini tentu saja akan menjadi peristiwa yang dapat diakses dan diapresiasi oleh publik. Sebab publik tidak hanya akan menikmati dan berinteraksi dengan karya final tapi juga dapat berinteraksi dengan para kreator yang sedang berproses menghadirkan karya.
Dalam konteks kekaryaan, Black Menu akan berkolaborasi dengan cara merespon dan memberikan alternatif penyajian (presentasi), solusi atas pemecahan masalah teknik dan artistik yang berlangsung dalam proses dialogis atas gagasan yang akan dihadirkan oleh dua perupa kolaborator. Peristiwa kolaborasi antara Black Menu dengan dua perupa kolaborator ini akan dikemas dalam serentetan peristiwa. Dimulai dengan presentasi awal menghadirkan berbagai karya dan artefak terkait dengan dua perupa kolaborator yakni Agus Mediana Adi Putra (Cupruk) dan Gusti Dalem Diatmika (Gusti Dalem) yang akan dikemas dalam satu format display dan presentasi artistik oleh Black Menu. Maka yang hadir dalam peristiwa ini adalah berbagai artefak, material, alat berkarya, sketsa, karya – karya yang pernah dibuat oleh kedua perupa ini sebelumnya, hingga berbagai arsip. Presentasi awal ini dapat termaknai sebagai upaya Black Menu dan dua perupa kolaborator dalam membagikan pengalaman pengalaman artistik dalam ranah berkesenian yang mereka gumuli selama ini kehadapan publik secara lebih dekat dan dialogis.
Setelah presentasi awal ini akan dilanjutkan dengan proses berkarya secara kolaboratif antara Black Menu dengan dua perupa kolaborator. Sesi ini akan diawali pada bulan februari dengan menghadirkan proses berkarya secara kolaboratif antara Black Menu dengan Agus Mediana (Cupruk) selama satu bulan yang dapat dikunjungi oleh publik. Pada sesi ini Cupruk akan menghadirkan karya instalasi yang berbasis pengolahan material berbasis benda temuan. Seperti kayu bekas, batu, kaca hingga air sebagai bahasa ungkap artistik atas konsep Cupruk tentang spiritualitas.
Cupruk akan merepresentasikan pandangan personalnya tentang pencarian makna ketuhanan dalam diri manusia pada lintasan peradaban dan perjalanan hidup manusia yang bersilang sengkarut antara keyakinan, penghargaan dan penghormatan atas capaian peradaban manusia dalam memuliakan nilai ketuhanan, kemisteriusan dan keserbamungkinan pemaknaan atas Tuhan, yang beranyam dengan kegamangan, kerapuhan, penyangsian, dan aneka rasa gejolak batin manusia. Hingga pada satu titik perjumpaan personal manusia dengan esensi ketuhanan dalam gelap, dalam diam, dalam keterpejaman yang hening untuk berjumpa cahaya ketuhanan dalam diri. Cupruk meramu gagasan tersebut dalam Black God.
"Black God", Black Menu x Agus Mediana Cupruk, Mixed media, 2022
(Photo credit: Agung Pramana)
Peristiwa kolaboratif yang kedua akan dilaksanakan pada bulan Maret. Black Menu akan berkolaborasi dengan Gusti Dalem. Pada sesi ini Gusti Dalem akan menghadirkan imajinasinya dalam memaknai dinamika kebudayaan hingga kesenian dalam lintasan waktu sebagai gagasan dalam karyanya. Artefak 3000 begitulah Gusti Dalem akan memframe gagasanya. Secara artistik Gusti Dalem akan mempresentasikan gagasanya dengan menampilkan sejumlah karya keramik yang mengambil bentuk dari jajan cacalan atau jajan suci yang dipakai sebagai sarana ritual dalam masyarakat Bali yang merepresentasikan bentuk bentuk yang ada di alam atau isin gumi. Pilihan representasi bentuk jajan cacalan sebagai tanda yang lekat dengan kebudayaan Bali dan pilihan material tanah liat yang juga merepresentasikan peradaban dan kebudayaan manusia akan berkolaborasi dengan gagasan dan format display yang akan dirancang oleh Black Menu hingga penghadiran elemen elemen material yang akan memperkuat dan menegaskan gagasan Gusti Dalem ini.
Secara umum karya yang akan dirancang ini akan merepresentasikan pertanyaan pertanyaan dan proyeksi manusia dalam meneropong laju linieritas waktu yang penuh misteri tentang keserbamungkinan itu, pertanyaan pertanyaan tentang bagaimanakah eksistensi kebudayaan dan bentuk bentuk kesenian yang sedang kita rayakan dan gumuli hari ini di masa depan? Akankah ia hanya akan menjadi artefak atau manusia akan menemukan cara untuk mengadaptasikan semua itu dengan laju perjalanan waktu dimasa depan? Begitulah manusia dalam memaknai dan memproyeksi masa depan. Masa depan selalu akan menjadi pertanyaan yang diwarnai dengan dystopia dan utopia.
"Artefact 3000", Black Menu x Gusti Dalem, 3000+ tanah liat, 2022
(Photo credit: Agung Pramana)
Pada akhirnya pengalaman berkolaborasi dengan dua perupa dengan dua karakter yang berbeda ini memberi tantangan sekaligus keasyikan tersendiri bagi Black Menu. Tantangan yang segera mencair dan larut menjadi keasyikan dalam peristiwa perjumpaan kreatif karena dilandasi oleh semangat dialogis antara individu individu yang melebur didalamnya. Makna “Ngejot” sebagai akativitas berbagi akan menjadi semakin lapang, terbentang mulai dari pemaknaan konsep berbagi antara Black Menu dan perupa kolaborator selanjutnya antara Black Menu, perupa kolaborator dan publik sebagai pengapresiasi.
Apa yang dihadirkan oleh Black Menu adalah upaya mencari dan menawarkan alternatif kemungkinan bentuk dan presentasi sekaligus menawarkan pengalaman kepada publik dalam mengapresiasi sebuah proses bagaimana sebuah karya tercipta. Sebuah karya lahir dari serangkaian proses yang panjang, ada eksperimen, riset, pendalaman artistik dan material sampai sebuah karya dapat dinikmati oleh publik. Black menu ingin menawarkan kepada publik bagaimana sebuah proses kreatif seniman juga adalah hal yang penting untuk dibagikan kehadapan publik. Sebuah proses yang sangat mungkin digerakkan dan terjadi secara kolaboratif, saling memahami gagasan masing masing dan mencari solusi bersama, inilah menariknya sebuah kerja kerja kolaboratif yang selalu menantang dan mengasyikan untuk digerakkan.
I Made Susanta Dwitanaya,
Batubulan, Januari 2022