Memahami persoalan masa, periode ataupun waktu seolah membawa ingatan ke masa yang tak terhingga, begitu luas dan abstraks sifatnya. Masa ke masa atau waktu demi waktu dalam artian umum dapat disimpulkan sebagai ungkapan waktu yang masih saling berhubungan dan berkelanjutan. Keberlanjutan ini menjadi kata untuk mengungkapkan perjalanan artistik Made Gadis. Pameran solo pertama Made Gadis ini bertajuk “Masa ke Masa”, diadopsi secara personal dengan maksud mewakili waktu yang telah dilalui. Mulai dari pengalaman, ingatan, maupun konteks-konteks perkembangan proses kreatif dulu hingga kini.
Persoalan waktu yang berlalu tidak hanya dirasakannya sendiri. Sebagai seorang anak perempuan dalam tumbuh kembang mengenai bakat Made Gadis turut dipengaruhi oleh peran kedua orang tuanya. Ayah yang merupakan seorang arsitek memberi peran dan pengaruh dalam skill menggambar. Dimana masa kecilnya banyak menghabiskan waktu untuk mengamati Taman Kertha Gosa Klungkung. Pengamatan-pengamatan ini membangun narasi waktu bersama ayahnya. Ketertarikan mengenal tekstil dituruni dari sang ibu yang memiliki hobi mengoleksi kain-kain tekstil seperti tenun, songket, hingga batik, begitu pula dengan nenek yang merupakan seorang desainer juga turut memotivasi Made Gadis untuk meneruskan ketertarikannya dengan dunia gambar, fashion dan tekstil. Untuk mengembangkan bakatnya Made Gadis datang ke daerah istimewa Yogyakarta untuk melanjutkan studinya.
Sejak 2019, ketika memulai studinya di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ia mulai fokus dengan belajar membatik. Lulus di tahun 2023 dari program studi batik dan fashion. Hasil batik Made Gadis mencerminkan ketertarikannya akan visual ornamen yang ada dalam arsitektur, sarana upakara, hingga lukisan kamasan di Bali. Dengan mempelajari berbagai hal mengenai tekstil baik itu jenis batik, pengembangan teknik menggambar, dan juga eksplorasi hingga eksperimen membatik. Dalam proses belajarnya ia menemukan kecocokan dengan corak batik pesisir atau disebut kontemporer, dalam batik kontemporer sendiri tidak memiliki pakem yang mengikat ataupun bebas berekspresi sesuai dengan keinginan. Batik kontemporer merupakan kain batik dengan sebuah corak atau motif yang bernuansa masa kini atau modern. Gaya corak batik ini dipilih Made Gadis karena lebih sesuai dengan konsep berkarya dan memungkinkannya untuk mengembangkan dengan teknik-teknik yang lebih eksploratif.
Poster Pameran "Masa ke Masa"
Dari visual karyanya banyak dipengaruhi oleh konteks budaya Bali, seperti bentuk rupa jejahitan (sarana upacara) gambaran cili. Serta aktivitas budaya perempuan-perempuan yang ada di Bali seperti berkebaya, menggunakan kamen, hias kepala hingga menjunjung banten. Secara jenaka Gadis memodifikasi adegan- adegan perempuan dalam batiknya. Unsur alam dan flora-fauna kecil juga ikut menjadi bagian eksplorasi motif batik yang unik. Mengenai unsur alam dan flora - fauna dalam motif batiknya, Made Gadis datang secara khusus ke Kamasan Klungkung untuk belajar mengenai lukisan Kamasan bersama Ibu Mangku Muriati. Dari proses belajarnya ini banyak hal yang diserapnya. Adapun hal penting yang harus diperhatikan dalam lukisan kamasan berbagai pakem mengikat objek yang tidak boleh sembarangan dimodifikasi ataupun dilukiskan diatas kain busana agar tidak menyalahi etika terhadap objek figur yang dilukiskan. Dalam hal ini Made Gadis tertarik mengembangkan objek figuran dalam lukis kamasan yang keberadaanya tidak menjadi pusat namun menjadi elemen penting sebagai penanda tempat dan waktu. Ornamen visual ini menjadi pilihan pengembangan pola motif batiknya. Ornamen tersebut terdiri dari bagian bentuk alam yang yang telah distilir menjadi motif, sebagai berikut: pohon hayat, batu, awan, keong, api dan air. Sebagai unsur alam semesta tersebut ditransformasikan ke dalam motif batik yang dapat kita temui di tiga karya busana dengan judul Alam raya, Alam semesta, dan Makrokosmos.
Warna dari batik Made Gadis memiliki nuansa warna cerah dan ceria. Adapun bahan pewarna yang digunakan dalam membatik ini ada pewarna alam dan juga pewarna buatan. Pewarna alam dapat ditemukan dalam karya yang berjudul “tiga rupa” dalam proses pewarnaanya menggunakan kayu tinggi yang menghasilkan warna kecoklatan. Selain itu, pewarnaan pada kain dasar untuk batik kontemporer menggunakan warna- warna khusus batik seperti remasol yang berfungsi untuk menghasilkan warna- warna yang lebih cerah dan vibrant dibandingkan dengan warna-warna yang ada dalam batik klasik.
Rona warna dari keseluruhan yang digunakan dalam karya- karya batiknya cenderung bernuansa pop dan dominan ungu. Dari warna ini Made Gadis memberi tanda ada hal yang diperjuangkan. Seperti yang kita ketahui, warna ungu dalam peringatan Hari Perempuan Internasional memberi makna sebagai tanda tindak keadilan dan martabat, serta setia terhadap tujuan. Sehingga dari pameran ini secara sederhana menampilkan figur maupun icon budaya dengan gender perempuan bernuansa ungu.
Konsep-konsep Made Gadis banyak dilatarbelakangi oleh isu perempuan. Hal ini dikarenakan, sejak kecil sering mengikuti ibunya bekerja sebagai relawan penanganan korban masalah perempuan di Bali Women Crisis Centre (WCC). Mendampingi berbagai polemik sosial perempuan menjadikan teman perjalanan Made Gadis melihat berbagai generasi perempuan. Dari momentum ini yang kini banyak mempengaruhi pandangan konsep kekaryaan Made Gadis. Dengan mendengar berbagai cerita dari setiap mendampingi korban perempuan membuat hatinya tergerak untuk ikut menyuarakan ekspresi mereka yang terhambat.
Memaknai masa ke masa ini juga tidak sebatas ungkapan lisan. Made Gadis mencoba memvisualkannya melalui catatan- catatan yang dirangkum dalam sebuah karya di atas kain 2 meter. Bertuliskan kata- kata yang mewakili berbagai generasi perempuan yang ditemui karya ini diberi judul “Peri Bumi”. Adapun karya lainnya yang dibuat secara khusus untuk menghargai keahlian perempuan Bali lainnya yang ditemuinya di daerah Bangli, seorang ibu dalam Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Women Crisis Centre (WCC) untuk berkolaborasi bersama sekaligus juga turut mewakili generasi ke generasi perempuan yang Made Gadis maksudkan. Dalam pameran ini semua masa tersebut dihadirkan melalui karya tekstil.
Dalam karya-karya ini berpesan akan perjuangan seorang perempuan bukan mendikte ataupun mengunggulkan kaum laki-laki namun melalui karya-karya Made Gadis ingin membuka perspektif secara umum mengenai ketangguhan perjuangan perempuan. Kita hidup berdampingan, kaum perempuan juga mementingkan hubungan terhadap laki-laki namun satu sisi ini yang diharapkan Made gadis lebih menghargai perjuangan-perjuangan setiap perempuan.
[G]
Download E-catalog Pameran Masa ke Masa: bit.ly/E-CatalogMasaKeMasa