Seni lukis Batik di Bali sejak tahun 1990an berkembang sangat pesat, dan mengalami booming karena sangat diminati hingga tahun 2000an. Di Bali seni lukis batik telah menjelma menjadi berbagai ragam wujud, dari karya seni lukis, hingga seni terapan seperti baju, bed cover, sarung pantai hingga berbagai ragam wujud lainnya. Perkembangan tersebut tak dapat dilepaskan dari peran sosok Gusti Made Sujana yang merupakan tokoh penggerak di balik kesemarakan tersebut.
Gusti Made Sujana, dalam menapaki perjuangannya mempelajari seni batik dari hanya berbekal sebuah buku. Sedari mengajar dasar-dasar seni rupa di SMPN I Bangli sejak tahun 1976, hingga kemudian dipercaya menjadi guru di Sekolah Menengah Industri Kerajinan di Guwang Sukawati tahun 1981 kemudian menjadi SMKN II Sukawati berlokasi di Batubulan. Di lembaga inilah ia dengan gigih belajar seni batik sembari tak pernah pupus terus mengembangkan karya-karyanya di studio yang bernama Goak Batik, hingga kemudian menjadi sebuah galeri di rumahnya di desa Negari.
Perjalanan kreativitas tersebut tidak hanya sebuah perjalanan biasa, tetapi adalah sebuah ritus tentang drama kegigihan seorang yang harus akan pengetahuan sejati. Kegigihan tersebut adalah sebuah Ideologi, seorang sosok guru yang mengabdikan diri pada pengetahuan dan seorang seniman sejati yang tangan dan imajinasinya tak pernah terhenti untuk selalu mengeksplorasi capaian-capaian estetik.
Menurut Sujana "seni lukis batiknya berangkat dari lukisan tradisi, seperti lukisan Ubud, Batuan dan Kamasan (Klungkung) yang sudah mendunia. Coraknya, berlatar belakang tradisi dan budaya Bali seperti lakon pewayangan, pura, orang menanam padi, dan penari".Dari tangan dinginnya sebagai pendidik telah lahir puluhan pengiat seni lukis batik muda yang kemudian menjadi pengusaha-pengusaha sukses. Diakhir masa tugasnya sebagai guru, dan mengawali ketotalitasannya sebagai seniman seni lukis Batik. Kini tengah Ia menggagas penerbitan buku Perjalanan Kreativitasnya Dalam Mengembangkan Seni Lukis Batik di Bali. Buku ini tengah disusun oleh Wayan Seriyoga Parta, peneliti utama Gurat Institute.