Pada paruh kedua bulan Juli lalu, kami diundang bertandang ke tanah Minang tepatnya ke kota Solok untuk memenuhi undangan dari para saudara kami sesama kolektif seni dari penjuru bumi Nusantara yang tergabung dalam Lumbung Indonesia untuk menghadiri acara Majelis Akbar Lumbung Indonesia, 17-23 Juli 2023, di Alahan Panjang, Solok, Sumatera Barat.
Lumbung Indonesia beranggotakan sebelas kolektif yakni Gubuak Kopi, Siku Keluang, Forum Sudut Pandang, Serbuk Kayu, Pasir Putih, Gelanggang Olah Rasa, Siku Terpadu, Kahe, Trotoart, dan Grobak Hysteria.
Majelis Akbar Lumbung Indonesia merupakan forum diskusi yang diinisiasi oleh kolektif-kolektif yang tergabung dalam Lumbung Indonesia. Forum ini menjembatani pertukaran wacana mengenai kolektif dalam merespon persoalan sekitaranya, serta mengenai kolektif itu sendiri, baik itu strategi keberlanjutan, produksi artistik, dan berjejaring. Acara ini juga merupakan bagian dari keterlibatan Lumbung Indonesia dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023. Selain Majelis Akbar, Lumbung Indonesia juga menjalankan program Residensi Lumbung Kelana, produksi buku, dan pameran bersama.
Gurat Institute diwakili oleh salah satu founder kami Made Susanta Dwitanaya menjadi bagian dari empat kolektif yang diundang dalam pelaksanaan Majelis Akbar Lumbung Indonesia tahun ini yakni Gurat Institute (Bali), Tepian Kolektif (Berau, Kalimantan), Indonesia Art Movement (Jayapura), dan Ruang Kreatif Sarolangun (Jambi).
Dok. Majelis Akbar Lumbung Indonesia, 17-23 Juli 2023, Solok, Sumatra Barat
Tiada hal yang lebih mengasyikan dari sebuah pertemuan dan pertamuan selain momentum untuk saling mengenal, menambah saudara baru dan saling berbagi cerita tentang kehidupan berkolektif masing-masing. Selain bertemu dan berbagi kisah, kami juga dijamu untuk melihat dan terlibat dalam proses pembuatan Rendang yang dipandu oleh kawan-kawan Gubuak Kopi di lokasi Majelis Akbar di Kawasan Alahan Panjang Solok dalam lanskap alam yang diapit dua Danau Kembar dengan udara yang meneduhkan. Menyusuri jejak historis tanah minang dengan berkunjung ke Istana Pagar Uyung dengan ornamen dan arsitektur rumah gadang yang tersohor itu.
Majelis Akbar Lumbung Indonesia bagi kami selaku tamu yang diundang bertandang adalah awal dari perjumpaan dan momen kerja kolaborasi berikutnya. Karena setelah ini kami diajak untuk semakin hangat memasuki ruang tamu Lumbung Indonesia dengan terlibat dalam Residensi Lumbung Kelana berupa pertukaran seniman residensi dari tiap-tiap kolektif untuk saling bertandang dan saling belajar satu sama lain dalam hangatnya persaudaraan kolektif Lumbung Indonesia.
[S]